Tak Sekadar Ajang Seleksi
TIGA cabang olahraga menjadi project perdana Pra-Pekan Paralimpik Provinsi (Pra-Peparprov) Jawa Tengah yang diselenggarakan pada 23-25 November 2017. Perhelatan atletik, tenis meja dan bulutangkis jadi pilihan utama di tengah keterbatasan dana. Lebih-lebih ketigacabang tersebut saat ini bak primadona.
‘’Ketiganya menjadi prioritas karena merupakan cabang-cabang unggulan bagi NPC Jateng. Meski demikian, kami tidak mengabaikan cabang-cabang lain,’’ ujar ketua panitia Pra-Peparprov, Priyano.
Atletik digelar di Stadion Sriwedari Solo. Total 108 nomor direncanakan untuk dilombakan, meliputi lari, lompat dan lempar. Klasifikasinya terbagi atas tuna daksa, tuna netra, tuna grahita dan tuna rungu wicara. Medali-medali pun disiapkan dengan komposisi 61 medali emas, 61 perak dan 61 perunggu untuk kelompok putra, serta 47 emas, 47 perak dan 47 perunggu di bagian putri.
Jumlah itu paling banyak dibandingkan dua cabang lain. Bulutangkis dalam persiapan awal mempertandingkan 18 nomor dengan venue di GOR Sinar Kasih Kadipiro, Solo. Seluruh nomor tunggal digelar untuk klasifikasi upper, lower, wheelchair, tuna rungu wicaradan tuna grahita. Sedangkan tenis meja yang digelar di gedung PTMSI kompleks Stadion Manahan Solo, disiapkan untuk 25 nomor.
Tentu dalam pelaksanaannya, jumlah nomor lomba/pertandingan yang disiapkan panitia bias berubah. Sebab, jumlah peserta belum tentu mampu memenuhi setiap nomor yang dikompetisikan pada tiga cabang tersebut.
‘’Jumlah atlet berkebutuhan khusus belum sebanyak atlet umum. Maka kalau ada perubahan atau penyusutan jumlah nomor, bias dipahami. Lagi pula, Pra-Peparprov baru kali pertama ini diselenggarakan,’’ tambah Priyano yang juga Sekretaris Umum NPC Jateng.(*)
PRA Pekan Paralimpik Provinsi (Pra Peparprov) bukan hanya sekadar seleksi bagi para atlet untuk merebut tiket menuju Peparprov Jateng 2018. Ada sejumlah misi lain dalam perhelatan tersebut, seperti pembinaan dan pemunculan atlet-atlet baru dengan potensi sesuai cabang yang tepat.
Itu juga jadi salah satu alasan, mengapa hanya ada tiga cabang olahraga yang digelar dalam ajang awalan tersebut. Lebih-lebih, pada dua kali pesta olahraga atlet penyandang disabilitas sebelumnya, tidak didahului dengan kegiatan prakualifikasi.
‘’Jadi sedikit berbeda dengan Porprov yang diikuti atlet-atlet olahraga umum. Ada banyak tujuan. Selain menjadi arena pemanasan, kegiatan ini bisa dimanfaatkan kontingen-kontingen NPC kota/kabupaten guna mencermati kemampuan atletnya,’’ kata Ketua Umum NPC Jateng, Osrita Muslim.
Wanita yang telah bertahun-tahun membela tim Merah Putih sebagai petenis meja dalam pertarungan internasional, terutama ASEAN Para Games itu menjelaskan, banyak daerah yang masih menggali potensi atletnya. Mengingat masih minimnya event di lingkup provinsi, maka Pra Peparprov bisa dijadikan NPC kota/kabupaten sebagai semacam uji coba.
Tak semuanya atlet lama yang sudah tentu kemampuannya terpantau. Namun dari ratusan atlet yang bersaing di Kota Bengawan, sebagian di antaranya merupakan peserta-peserta baru.
‘’Nah, atlet-atlet baru itu banyak yang belum bisa terdeteksi performanya. Misal ada peserta yang bersaing di tenis meja, ternyata dalam Pra Peparprov terlihat kemampuannya kurang, maka bisa segera dialihkan untuk mempersiapkan diri di cabang lain yang lebih punya peluang,’’ ujar Osrita.(*)