‘’Merapel’’ Latihan, Rawan Cedera Bagi Atlet
Porsi latihan bagi atlet harus ada progres kemampuan. Kendati demikian, menurut pelatih pelatnas atletik National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Slamet Widodo, materi yang diberikan harus sistematik dan tidak berlebihan.
‘’Cara gampangnya, atlet merasa lelah setelah latihan. Tapi jangan sampai, pelatih memberi porsi berlebih hingga atletnya sangat kelelahan,’’ kata dia pada Pelatihan Pelatih Tingkat Lanjut yang digelar NPCI Jateng didukung Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jateng di Hotel Grand Hap Solo, Selasa (26/11).
Pria yang juga dosen Fakultas Keolahragaan (Fkor) UNS Surakarta itu menambahkan, pelatih harus menyusun program latihan yang runut. Dia mengingatkan, jangan sampai atlet yang telah ditempa dengan materi terukur, menambah sendiri porsi berlatihnya.
‘’Saya pernah punya atlet, karena hari sebelumnya tidak masuk, dia nekat ‘’rapel’’ latihan. Akibatnya bahaya, karena dia jadi cedera. Padahal kalau cedera, harus istirahat dulu dari latihan, sehingga performa fisiknya menjadi lebih merosot,’’ tuturnya.
Sejumlah nara sumber menyampaikan materi dalam pelatihan tersebut. Selain paparan di kelas, para pelatih utusan NPCI kota/kabupaten se-Jateng itu juga mendapatkan materi pelatihan beban di pusat kebugaran kampus Fkor dan stadion UNS Kentingan.
Saat membuka pelatihan, Rabu (25/11) malam, Kepala Disporapar Jateng Sinoeng N Rachmadi berpesan agar para pelatih tidak hanya menempa atletnya untuk memburu prestasi maksimal. Dia meminta pelatih juga membangun karakter positif atlet.
‘’Sikap jujur, cepat bangkit saat kalah dan tetap menghormati lawan, merupakan karakter yang harus terus ditanamkan kepada atlet. Saya titipkan hal ini, karena teman-teman pelatih jadi orang yang paling dekat dengan atletnya,’’ tandas dia.
Pada pembukaan pelatihan tersebut, Sinoeng menyampaikan apresiasi tinggi kepada sprinter Boyolali, Karisma Evi Tiarani yang menjadi juara dunia lari 100 meter T42/T63 putri, sekaligus pecah rekor dunia di World Para Athletics Dubai 2019.
‘’Meski menjadi juara dan memecahkan rekor dunia, selebrasi Karisma Evi sangat santun, serta tetap menghargai lawan-lawannya. Tidak provokatif. Hal itu harus dipertahankan dan patut ditiru,’’ ujar Sinoeng.(Setyo Wiyono) SOLO,suaramerdekasolo.com