Timin, Atlet Difabel dengan Sederet Medali
* Percaya Diri Berbuah Prestasi
AWALNYA hobi. Namun Timin juga memiliki kepercayaan diri tinggi dan tidak minder dalam pergaulan, kendati memiliki keterbatasan fisik. Ditambah keseriusan dalam latihan, maka atlet penyandang disabilitas tersebut telah menelorkan sejumlah medali emas dari berbagai ajang olahraga tingkat nasional maupun Asia Tenggara.
‘’Sejak masih SD, saya suka jogging seusai subuh hingga sebelum berangkat ke sekolah. Dulu saya juga senang bermain bola di kampung sama teman-teman yang fisiknya normal. Mungkin itu yang menuntun saya hingga jadi seperti sekarang,’’ kata dia, usai mengikuti seleksi nasional (seleknas) sepak bola celebral palsy (CP/gangguan fungsi otak) di lapangan Banyuanyar, Solo, Rabu (20/3).
Di jajaran atlet National Paralympic Committee Indonesia (NPCI), nama Timin memang tidak asing. Lelaki kelahiran Wonogiri, 19 April 1982 itu merupakan peraih medali emas atletik nomor lari 800 dan 1.500 meter klasifikasi T37 pada ASEAN Para Games (APG) 2011. Pada pesta olahraga difabel se-Asia Tenggara yang dipusatkan di Solo tersebut, Timin juga menyumbang perak nomor estafet 4 x 400 meter.
Prestasinya tidak berhenti. Pada APG 2013 di Myanmar, warga Desa Tunggur Kecamatan Slogohimo, Wonogiri itu juga merebut perunggu nomor 400 meter. ‘’Sayang, nomor spesialisasi saya lari 800 dan 1.500 meter tidak digelar di Myanmar,’’ tuturnya.
Tak Mudah
Kendati demikian, kekecewaannya terjawab saat APG Singapura 2015. Bujangan bungsu tiga bersaudara putra Tarmin (almarhum) dan Samijem itu kembali merebut medali emas nomor 1.500 meter. Tapi pada APG Malaysia 2017, torehannya menurun dengan meraih perak lari 800 dan 1.500 meter.
‘’Pada Asian Para Games 2018 di Jakarta, saya hanya turun di nomor 400 meter dan tidak mendapatkan medali. Mungkin karena umur terus bertambah, selain persaingan sangat ketat karena pesertanya se-Asia,’’ ujarnya sambil tersenyum.
Rangkaian prestasi mencorong itu tidak dicapai dengan mudah. Dia pernah gagal pada Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) 2009 di Solo, saat turun di nomor sprint 100, 200 dan 400 meter.
Setelah itu, dalam latihan kompleks Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD) Prof Soeharso Surakarta, dia diarahkan untuk menggeluti lari nomor-nomor jarak menengah.
Yang juga unik, di antara kariernya pada cabang atletik, dia pernah direkrut menjadi tim sepak bola CP dan membawa Indonesia menjadi juara pada kejuaraan di Singapura pada 2016. ‘’Mungkin karena itu, saya kemudian dipanggil untuk mengikuti lagi seleknas tim sepak bola CP,’’ ujar Timin.(Setyo Wiyono)
Sumber: www.suaramerdeka.com