Kaki-kaki Kuat Ammar Hudzaifah, Pelari Asal Jawa Tengah yang Hobi Mendaki (Bagian 2-Habis)
AJAKAN tetangganya yang juga seorang difabel, menjadi mula Ammar Hudzaifah terjun ke dunia olahraga. Ia pun mencoba mengikuti seleksi di Solo. Tak disangkanya, hal itu justru yang kemudian mengantarnya hingga punya prestasi seperti saat ini.
Ammar mengaku berasal dari keluarga yang tidak familiar dengan olahraga. Hanya dirinya dalam keluarganya yang suka berolahraga.
Ya, olahraga adalah pilihan Ammar untuk bangkit dari kondisinya pasca kecelakaan. Tidaklah mudah bagi Ammar untuk berjuang. Ia sempat minder saat di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena kesulitan dalam menulis hingga sering ketinggalan pelajaran.
Tahun 2015, untuk kali pertama dia bertanding di Singapura pada ajang ASEAN Para Games (APG) dengan cabor sepakbola celebral palsy (CP).
Ia juga mengalami pasang surut pada saat ASEAN Para Games 2022 lalu di Solo. Pada ajang itu dirinya gagal meraih medali seperti yang diharapkan.
Ammar kemudian beralih dari cabor sepakbola CP ke para atletik. Butuh adaptasi, baik itu dari segi fisik, teknik, pernapasan dan protram latihannya.
Namun semua itu bukan alasan baginya untuk menyerah. Anak lereng Gunung Lawu itu tetap berusaha meningkatkan potensi diri dan fokus menata karirnya.
Saat merasa kehilangan motivasi, Ammar akan menyisakan waktu dengan menggeluti hobinya, mendaki gunung.
Hobi itu berawal dari ajakan temannya, serta masih berlanjut sampai saat ini. Gunung Lawu menjadi gunung pertama yang berhasil ditaklukkan Ammar di tahun 2016. Terakhir Ia sempat berencana mendaki Gunung Rinjani, namun belum terwujud.
Saat ini, Ammar sedang mempersiapkan diri untuk ajang ASEAN Para Games Thailand yang akan digelar Januari 2026 mendatang. Ia mengaku cukup terbuka apabila nantinya mendapat arahan untuk kembali pindah cabor jelang multievent tersebut.
Atlet yang pernah menempuh pendidikan di pondok pesantren tersebut menyebutkan bahwa orang tuanya berperan besar terhadap pencapaiannya hingga hari ini.
Meski mereka jarang menghabiskan waktu bersama karena kesibukan masing-masing namun keluarganya selalu mendukungnya.
“Jarang ngobrol sama orang tua, soalnya sibuk sendiri. Bapak sibuk di urusan tani. Orang tua jarang di rumah juga,” ucap Ammar.
Saat tidak berlatih, Ammar mengisi rutinitasnya dengan menjaga warung milik keluarganya di rumahnya, kawasan Tawangmangu.
Pada masa mendatang, Ammar juga berharap bisa membuka usaha sendiri karena seiring waktu usianya akan terus bertambah. Dia menyadari, tidak bisa selamanya bergantung menjadi atlet.
Lebih-lebih saat ini semakin banyak atlet-atlet muda yang kemampuannya juga tidak kalah hebat.(NPCI Jateng)