Zulaika, Atlet Para Balap Sepeda Muda Penuh Potensi Asal Temanggung
SOLO, npcjateng.com – Sekilas jika dilihat dari perawakannya, gadis muda ini tampak mungil dan lemah lembut. Namun siapa sangka, dibalik kelembutannya ia adalah seorang atlet para balap sepeda nasional.
Adalah Zulaika atau kerap dipanggil Zul, gadis bertinggi 149 cm yang saat ini masih duduk di bangku kelas sembilan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mu’allimin Temanggung. Atlet berusia 15 tahun ini memang masih belum lama menggeluti olahraga para balap sepeda. Para balap sepeda sendiri merupakan olahraga bersepeda yang dikhususkan atau disesuaikan untuk pengendara sepeda disabilitas.
Terlahir dengan kondisi mata mengalami gangguan penglihatan kronis, tidaklah menghalangi dirinya dalam meraih mimpi. Begitupun meski dirinya masih pemula, Zul sudah berhasil menyabet enam medali di perlombaan para balap sepeda pertama yang ia ikuti. Yakni pada Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII Solo, Jawa Tengah di tahun 2024 ini.
Zul menyampaikan bahwa awalnya dirinya mengikuti olahraga para atletik. Gadis itu meninggalkan kampung halamannya di Temanggung untuk mengikuti pemusatan latihan di Solo selama kurang lebih enam bulan guna mempersiapkan event Peparnas dalam cabang olahraga (cabor) para atletik, namun tanpa ia sangka, kurang dari satu bulan sebelum event digelar, seseorang memberitahunya bahwa ia akan dipindah pada cabor para balap sepeda.
Tentu saja Zul tidak percaya, bagaimana mungkin, dari awal dirinya mengenal olahraga, tidak terbesit sedikitpun di benaknya untuk mengikuti olahraga yang dirinya sendiri saja tidak familiar, apalagi langsung di tingkat nasional. Sampai akhirnya hal itu benar terjadi, sekitar kurang dari dua minggu sebelum Peparnas, Zul resmi bergabung dengan tim para balap sepeda National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Jawa Tengah.
Zul mengungkapkan hari-hari pertamanya di cabor para balap sepeda terasa sangat berat, dirinya sering menangis karena sama sekali belum pernah mengikuti perlombaan balap sepeda. Dia juga belum begitu kenal dengan teman satu timnya, meskipun idolanya sendiri yaitu Vanza Miftahul Jannah berada di tim yang sama.
Mbak Vanza, begitu kata Zul, merupakan idola sekaligus saingan terberatnya dalam cabor balap sepeda ini. Mereka berlatih bersama dan mewakili kontingen yang sama, yakni Jawa Tengah. Semangat juang dan keterampilan yang baik milik Vanza menjadi penuyulut api dalam diri Zul untuk terus berlatih menjadi yang terbaik.
Zul, si bungsu dari tiga bersaudara ini memiliki karakter yang pemalu saat pertama kali bertemu orang yang masih asing baginya. Hari-hari awal dia berpindah ke cabor balap sepeda, ada kecanggungan yang menyelimuti dirinya dalam bergaul dengan teman baru. Namun begitu, perlahan tapi pasti, Zul mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya. Perkembangan ini juga didukung oleh lingkungannya yang suportif di mana rekan-rekan barunya sering mengucapkan kata-kata semangat untuk Zul.
Sebagai seorang atlet yang menjanjikan, Zul memiliki hobi untuk berolahraga. Dia menikmati aktivitas fisik yang memeras keringat ini. Sedari kecil, Zul memang seorang anak yang lincah dan sering berlari-larian. Maka tak heran jika olahraga adalah hobi favoritnya. Tidak hanya itu, atlet muda ini memiliki ketertarikan dengan tontonan anime. Jenis tontonan ini kerap menjadi pengisi waktu luangnya yang kian hari dia jadikan sebagai hobi lain.
Gadis berumur 15 tahun ini memiliki semangat muda dan kesenangan yang sama seperti anak seumurannya. Makanan-makanan manis adalah hal favorit Zulaika. Namun siapa sangka, penikmat makanan manis seperti Zul ternyata menjadikan warna hitam sebagai warna favoritnya. Hal ini merupakan kontras yang menarik dalam kesukaan Zulaika.
Di umurnya yang masih belia, Zul memiliki tekad dan semangat juang yang perlu diapresiasi. Dia sadar betul terhadap kesempatan yang ditawarkan padanya. Dia memutuskan untuk terus mengayuh langkahnya di jalan menuju kesuksesan yang terbuka lebar baginya. Meskipun air mata kerap menetes sebagai tanggapan atas kesulitan dan tekanan mental yang ia hadapi pada awal menekuni olahraga ini,
Zul tidak mau menyerah begitu saja. Peluang besar yang ada di depannya tak mungkin dia sia-siakan. Apapun yang terjadi, dia berkemauan keras untuk dapat membawa pulang medali. Medali sebagai tanda hormat dan terima kasihnya kepada keluarga yang selalu smenyemangatinya, kepada sekolah yang mendukungnya, dan kepada Kabupaten Temanggung tempat dia tinggal. Zul akan terus maju sekeras mungkin untuk tidak mengecewakan mereka.(NPCI Jateng)