Terpacu Dukungan Para Guru
Pemandangan berbeda tersaji pada pertarungan final bulutangkis nomor ganda putra tuna rungu wicara (TRW) Pra Pekan Paralimpik Provinsi (Pra Pepraprov) Jawa Tengah di GOR Sinar Kasih Kadipiro, Solo, Sabtu (25/11) siang. Arena yang menjadi pertemuan duet tuan rumah Rexa/Syahrul Darmawan menghadapi pasangan Tri Angga S/Suryanto (Klaten) itu, lebih riuh dibandingkan lapangan lainnya.
Belasan orang berseragam batik warna dominan hitam dan putih, bersorak dan bertepuk tangan tatkala Rexa/Syahrul memetik poin. Sebaliknya, mereka berteriak serta memberi semangat pantang menyerah ketika pasangan muda itu kehilangan angka.
‘’Ayo, kamu bisa. Jangan mau kalah. Kamu bisa menjadi pemenang,’’ seru salah seorang suporter berseragam tersebut, disambut terikan lain dari rekan-rekannya.
Yah, pendukung-pendukung berseragam itu ternyata para guru Rexa dan Syahrul. Keduanya tercatat sebagai siswa di Sekolah Luar Biasa (SLB-B) Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu dan Wicara (YRTRW) Banjarsari, Solo.
“Kebetulan jadwal pertandingannya bertepadan dengan jam pulang sekolah. Maka kami kemudian beramai-ramai ke GOR ini. Mereka anak-anak kami, jadi tak ada salahnya kalau bapak dan ibu gurunya datang untuk memberikan dukungan langsung bagi keduanya,’’ kata Kepala SLB-B YRTRW, Sutandi.
Kenyataannya, duet Rexa/Syahrul kandas dalam duel pamungkas tersebut. Keduanya hanya mampu membawa pulang medali perak. Kendati demikian, dukungan luar biasa dari para pendidik membuat motivasi mereka untuk berusaha tampil dengan baik terus meluap, hingga poin terakhir direbut pasangan lawan.
‘’Kami senang, karena bapak-ibu guru datang untuk memberi dukungan. Maka kami menjadi lebih bersemangat menjalani pertandingan tadi,’’ kata Syahrul melalui guru penerjemahnya.
Kecewa? Tentu sempat muncul sebersit rasa itu. Namun kekalahan tersebut menurutnya justru menjadi pemacu guna berlatih lebih keras dalam menghadapi kejuaraan-kejuaraan berikutnya pada masa-masa mendatang. Sutadi pun menyatakan tak perlu ada penyesalan, mengingat dua siswanya dinilai telah tampil secara maksimal.
“Kalah atau menang itu pasti terjadi dalam sebuah pertandingan. Tapi kami sangat mengapresiasi perlawanan keras yang dilakukan anak-anak. Kalau dalam pertandingan kali ini mereka kalah, saya kira kami kurang beruntung,” tutur sang kepala sekolah.
Sebelum berlaga di Pra Pepaprov, Syahrul juga bertarung di arena Pekan Paralimpik Pelajar Nasional (Peparpenas) VIII 2017 di Kota Solo, 7-14 November lalu. Di ajang tersebut, ia juga gagal meraih juara karena kalah dari atlet Jawa Timur dalam duel puncak.(*)