Buah Disiplin Tinggi dan Kerja Keras Karisma Evi
LAGI, jagat atletik diguncang atlet Indonesia. Sang pengguncang itu adalah Karisma Evi Tiarani, sprinter asal Simo, Boyolali. Dara 18 tahun tersebut menjadi juara dunia lari 100 meter kelas T42/T63 pada kejuaraan dunia atletik difabel di Dubai, Rabu (13/11) malam.
Finish tercepat dalam waktu 14,72 detik di partai final, dia jauh meninggalkan Monica Graziana Contrafatto (Italia) di urutan kedua dengan catatan waktu 15,56 detik, serta Gitte Haenen (Belgia) di posisi ketiga dengan catatan waktu 15,60 detik.
Evi sekaligus memecahkan rekor dunia atas namanya sendiri dalam single event bertajuk World Para Athletics Championships Dubai 2019 itu. Rekor lama 14,90 detik, dicetak atlet pelatnas National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) tersebut di Paris 2019 World Para Athletics Grand Prix, Prancis pada 29 Agustus lalu.
‘’Dia sangat senang bisa mempertahankan gelar juara dunia sekaligus memecahkan rekor baru. Ini buah kedisiplinan latihan dan kerja kerasnya selama ini,’’ kata salah seorang pelatih atletik pelatnas NPCI, Purwo Adi Sanyoto, melalui pesan singkat, Kamis (14/11) jelang tengah malam.
Torehan eks atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLOP) atletik disabilitas Jateng itu sekaligus memberinya tiket menuju Paralympic Games Tokyo 2020. Menurut Purwo, berdasarkan ketentuan International Paralympic Committee (IPC), peringkat empat besar pada kejuaraan dunia atletik di Dubai, berhak mendapatkan tiket ke pesta olahraga difabel terbesar sejagat itu.
‘’Jadi, Evi sebagai juara dunia sudah pasti mendapat tiket menuju Tokyo 2020,’’ jelas Purwo yang turut mendampingi tim atletik NPCI di Dubai.
Sejak Peparpenas
Putri pasangan Bejo Riyanto-Istikomah itu memang telah merengkuh serangkaian prestasi gemilang. Pada Pekan Paralimpik Pelajar Nasional (Peparpenas) 2017 di Solo, gadis kelahiran 19 Januari 2001 tersebut menyabet tiga emas, sekaligus mencatatkan rekor baru. Yakni nomor sprint 100 meter kala itu rekornya 15,12 detik, sprint 200 meter rekor 31,78 detik dan lompat jauh 3,9 meter.
Evi juga gemilang pada Peparnas XV/2016 di Jabar pada nomor-nomor yang sama. Namanya pun tercantum dalam daftar atlet pelatnas. Prestasinya kian mengkilap pada pesta olahraga difabel Asia Tenggara (ASEAN Para Games) 2017 di Malaysia. Dia merebut medali emas lompat jauh, serta perak lari jarak pendek 100 dan sprint 200 meter.
Pada Asian Para Games Jakarta 2018, Evi merebut medali emas sprint 100 meter dengan catatan waktu 14,98 detik. Dia juga meraih perak sprint 200 meter di pesta olahraga difabel se-Asia tersebut.
Di kejuaraan dunia Dubai, alumnus SMAN 8 Surakarta tahun 2019 itu juga menempati peringkat lima nomor lompat jauh. Namun dia tidak turun di nomor sprint 200 meter.
Jalan menuju Paralympic Tokyo 2020 juga terbuka bagi Saptoyoga Purnomo. Dia meraih medali perunggu pada final sprint 100 meter kelas T37 putra dengan catatan waktu 11,41 detik, Senin (11/11). Sprinter asal Banyumas itu kalah dari duo atlet Rusia, Andrei Vdovin (juara dengan catatan waktu 11,18 detik) dan Chermen Kobesov (urutan kedua dengan waktu 11,32 detik).
‘’Evi dan Saptoyoga selama ini disiplin menjalankan program latihan. Keduanya juga sangat fokus dan berdaya juang tinggi saat lomba,’’ tutur Purwo, sang pelatih.
Sumber : suaramerdeka.com (Setyo Wiyono)