Kaki-kaki Kuat Ammar Hudzaifah, Pelari Asal Jawa Tengah yang Hobi Mendaki
SOLO, npcjateng.com - Langkah demi langkah ditempuhnya menyusuri jalan-jalan setapak nan terjal. Kaki sang lelaki itu telah menapaki jalur-jalur pendakian Gunung Andong, Merbabu, Sindoro, Sumbing dan Lawu.
Kebiasaan itu membuat kakinya menjadi kuat, lincah hingga mampu berlari kencang di lintasan para atletik. Ya, dialah Ammar Hudzaifah (27), lelaki disabilitas yang berkarir sebagai seorang atlet.
Kecintaannya terhadap kegiatan fisik dan olahraga telah membuatnya menjadi sosok yang menjadi peraih medali emas pertama bagi kontingen Jawa Tengah pada Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII 2024 di Solo, 6-13 Oktober silam.
Finish tercepat di lintasan lari 1.500 meter kelas T37 di Stadion Sriwedari Solo, Senin (7/11/2024) pagi, dia sekaligus tercatat sebagai peraih medali emas pertama di arena pesta olahraga disabilitas terakbar se-Tanah Air itu.
Lahir di lereng Gunung Lawu wilayah Karanganyar, sejak kecil Ammar sudah pasti sangat akrab dengan topografi medan tanjakan dan turunan. Fisiknya terbentuk secara alami, terutama pada kaki-kakinya.
Kemampuan fisiknya menjadi faktor pendukung Ammar dalam mengawali karirnya sebagai atlet. Dia direkrut National Paralympic Committee (NPC) Indonesia untuk masuk tim sepak bola celebral palsy (CP), sebelum berpindah ke cabor para atletik. Nomor lomba yang ia ikuti di para atletik adalah lari jarak menengah, 1500 M, 800 M dan 400 M.
Sebagai seorang atlet, keinginan untuk membuat bangga orang tua dan daerah asalnya selalu memenuhi benak Ammar. Torehan prestasi dalam memburu medali adalah cara dia untuk memgharumkan nama Jawa Tengah.
Target itu pun berhasil dia genggam pada multievent Peparnas XVII 2024 di Solo. Turun di dua nomor, atlet asal lereng Lawu itu merebut dua medali emas di nomor 1500 M T37 dan estafet 4x400 T36-38.
Hasil manis tersebut tentu tak bisa diraih semudah membalik telapak tangan. Ammar pun sangat menyadari, rivalitas ketat bakal dia hadapi di arena lomba.
Karena itu, dia tak bosan berlatih rutin sepanjang pagi dan sore, bahkan selama tidak sedang menjalani pemusatan latihan.
Ketika tidak sedang diproyeksikan menghadapi lomba, sebagai seorang atlet para atletik dia tetap selalu menjaga staminanya dengan olah fisik secara rutin.
"Waktu TC (training camp) pelatda NPCI Jawa Tengah selama enam bulan, latihannya maksimal setiap pagi dan sore," ungkap Ammar.
Terbukti bahwa usaha kerasnya tidak mengakhianati hasil. Tetesan keringat yang ia keluarkan berbuah manis dengan perolehan gelar juara di Peparnas XVII.
Tidak hanya itu, pengalaman juga menjadi faktor penting dalam kemenangan yang diraih. Partisipasi Ammar dalam ASEAN Para Games (APG) telah mewarnai perjalanan hidupnya dengan menemui rival-rival yang tak kalah hebatnya.
"Perlombaan paling sulit di APG karena klasifikasinya naik, dari T37 ke T38. Lawan-lawannya jadi lebih berat," ungkapnya.